Tumbal dalam ilmu jawa, sangat umum orang mengaitkan tumbal dengan sesajen, korban nyawa ataupun korban berwujud biantang dan hal hal mengerikan lain, dikarenakan media dan cerita yang tersebar sangat masif namun kurang tepat jika tidak boleh dikatakan keliru.

Namun pada dasarnya tumbal tidak sama dengan wadal, dimana wadal itu selalu berhubungan dengan nyawa dan darah, untuk disajikan apda siluman atau danyang untuk keperluan pemujaan dan penjagaan, ataupun pesugihan.

Tumbal dalam ilmu jawa

Dalam buku dunia mistik orang Jawa cetakan tahun 1920-Van Hien, tumbal sendiri menurut yang tercatat adalah semacam jimat yang ditanam untuk berbagai keperluan khusus, semisal untuk pagar gaib sebuah rumah dari maling dan begal atau kejahtan lain.

Tumbal juga dipercaya sebagai perantara kekuatan alam dan mahluk gaib atau jin lebih umumnya, selain untuk menolak dari gangguan manusia jahat juga kadang difungsikan sebagai penolak gangguan mahluk gaib jahat, roh halus segala macam jenisnya.

Pembuatan tumbal sendiri memerlukan banyak tahapan, pembacaan mantra dan media media yang diharuskan ada, tidak selalu untuk tujuan baik maka kadang kala tumbal juga bisa dijadikan sebagai senjata yang merusak lawan usaha, percintaan dan lainya.

Mantra tujuh tenung

Meski sudah sangat susah dicari secara lengkap mantra tujuh tenung ataupun mantra tujuh layar tersebut dan bahkan ketika ada ataupun ada seseorang yang hafal/bisa, itu saja tidak lantas bisa dikuasai sebab ada banyak tahap penguasaan dan pengajaran.

Belum lagi bahasa dan bunyi bunyian khusus yang terkandung dalam mantra tersbeut, membuat mantra ini seolah olah punah dan sangat susah untuk ditemukan baik catatan maupun orang yang menguasainya.

Jaman dahulu mantra tersebut menjadi sangat popular dan penting dalam pembuatan tumbal, baik tujuan positif maupun negatif, setelah tumbal tersebut sukses dibuat jika untuk tujuan jahat maka harus ditanam.

Tepat dijalan setapak atau jalan menuju rumah korban, bertujuan agar calon korban secara tidak tau melangkahi tumbal tersbeut dan roh halus, jin yang berada dalam jimat tersbeut bereaksi membuat korban menjadi sakit, tergila gila ataupun bangkrut dan tujuan lain.

5 Cara menggunakan tumbal

Secara umum sendiri pada masa lalu ada banyak penggunaan tumbal dengan tujuan yang spesifik, nah disini akan diberikan penjelasan ringkas 5 cara penggunaan dan pembuatan tumbal sebagai berikut


Telur mentah dan tumbal

Sebutir telur mentah segar ditusuk menggunakan tujuh jarum kasar-jarum kasur yang besar, tujuanya agar target yang dimaksud menderita sakit yang tidak kunjung sembuh, media yang sudah ditusuk dengan jarum tadi ditanam dihalaman rumah korban.

Tentu saja tidak hanya dengan menusuk telur saja, akan tetapi ada banyak mantra dan lelaku lain sebelum telur distusuk tadi, dan memang tidak akan penulis sertakan sebab hanya bertujuan sebagai pengetahuan saja bukan untuk mengajarkan.

Tumbal dalam ilmu jawa
memahami tumbal secara lugas

Kantung dan telur sebagai tumbal

Sebuah kantung yang berisi media syarat tumbal lain disatukan dengan sebutir telur segar dimana juga sudah ditusuk dengan tujuh jarum kasur, lalu diletakan menumpangi gabah padi ataupun abu kayu kayuan khusus.

Tujuanya adalah membuat sakit hingga korban meninggal, pembuatan kantung dan media tersbeut juga disertai banyak mantra dan lelaku khusus lain yang hanya dimengerti oleh praktisi supranatural khusus untuk keburukan waktu itu.

Kantung berisi gabah padi

Gabah padi beserta bahan bahan lain dimasukan dalam satu kantong khusus, selain itu juga ada tujuh jarum besar serta abu dari bahan bahan khusus dimana dipercaya tumbal ini mampu membuat korban menjadi gelisah terus menerus.

Melakukan perbuatan yang tidak disadari oleh korban sendiri, dan penanaman tumbal sendiri harus sesuai penghitungan hari, mantra mantra khusus dimana selain membuat gelisah juga bisa mengakibatkan kelumpuhan serta kegilaan.

Tulang binatang dan jarum

Beberapa tulang belulang binatang sejenis monyet dan kucing, lalu tujuh jarum besar dan abu abuan kayu khusus setelah dimantrai dan dilakukan ritual khusus jika ditanam dalam halaman korban pada hari dan jam tertentu untuk media pengusir.

Dimana korban yang terpengaruh akan membuat korban beserta keluarganya tidak betah, meninggalkan rumah beserta isinya tanpa sebab, dengan begitu orang jahat yang membuat tumbal bisa menguasai tanah beserta isinya tanpa perlawanan.

Gamelan sebagai media tumbal

Selain telur dan jarum ternayat alat gamelan (gangsa) yang tua juga dahulu dijadikan media tumbal, cara pembuatanya juga khusus dan bertujuan agar korban yang dijahati menjadi lupa dan acuh apda smeua harta benda yang dimiliki.

Selain itu juga bertujuan agar rumah yang ditinggali menjadi sangat angker dan membuat smeua penghuninya meninggalkan atau menjualnya dengan sangat murah, selain mantra dan media pelengkap maka gangsa gamelan tersebut akan dimasukkan dalam sumur korban, dimana dahulu sumur adalah sumber air yang dimiliki setiap rumah.

Tolak Bala tumbal dalam ilmu jawa

Tolak Bala

Dalam sejarah mistis jawa tumbal tersebut bernama melik hanggendong lali, yang dimaksudkan dengan mengambil barang orang tanpa orangnya sadar jika barangnya diambil dan emmbuat tidak dicurigai siapapun.

Tentunya masih sangat banyak mantra mantra dan jenis jenis tumbal lainya dengan maksud beragam semisal memakai seekor ayam putih, disembelih pagi hari, dijemur siang hari lalu dipanggang diatas api kecil.

Setelahnya direndam air tertentu pada malam harinya selama 7 hari berulang ulang,  pengerjaanya pun memakai mantra lain yang dikatakan adalah mantra hadah adi dan dibaca setiap harinya.

Tentu dengan hitungan tertentu, sesudah itu ayam dipotong potong dan dibuang kearah arah tertentu sesuai jenis bagian mana potongan ayam, hal ini dimaksudkan agar target tubuhnya menjadi sakit seolah olah terobek robek lalu ditutup dengan mantra lain lagi.

Dikatakan tumbal diketahui akan bekerja sesudah barang yang dikerjakan mulai terlihat membusuk atau mengeras, permulaan membusuk atau mengerasnya tumbal tersebut adalah pertanda bahwa efek negatifnya telah bekerja pada target.

Mantra tolak tumbal

Dan untuk menghindari pengaruh tumbal dipercaya selain dengan membuang tumbal yang ditanam atau dibuat maka orang jawa membuat tatacara dengan membakar kemenyan atau melakukan ritual tertentu dengan membaca mantra sebagai berikut :

 “Salallahu ngalaihi wasalam, ana gambar, ana gambar upas, manut lelakuning angin, manut lelakuning banyu, manut lelakuning godong, hes aja marene retune, Allah huma, gene, iya, .. …, iya Hu Allah”

Untuk menghindari penempatan tumbal dan menghindari dari orang yang bersiap siap membuat tumbal maka orang jawa mengenal “obat tulak tenung” terbuat dari jantung ayam cemani, potongan jantung pisang dan ares pohon pisang ijo, endapan air sumur dan sedikit garam.

Campuran tersebut dimasak secara bersamaan dan sesudah matang serta mengendap maka airnya diminum pada orang yang dijadikan target tumbal, sedang sisa airnya dikubur di halaman rumah sambil membaca mantra :

“Sang lirmaya putih, sang dangdang putih, testeretes ngrawuhi penggawe anak Adam, umbul umbul tanama karaosa, bubar bubar sangking kersane Allah”

Meskipun mantra mantra tersebut dikatakan sebagai mantra kuno jawa namun tetap sudah mengalami percampuran dan peleburan dengan tradisi baru pada masa itu, meski sudah ditanyakan pada dukun tua dan pintar sekalipun tetap belum terjawab pasti kenapa bisa ada percampuran.

*buku tersebut dicetak pada 1920

dunia mistis orang jawa

Sekian artikel ini ditulis bertujuan untuk pengetahuan dan tidak ada maksud mengajarkan keburukan, dimana semua mantra dan tatacara sengaja dihilangkan demi kerahasiaan. – jalak paningal