Mahar sebuah ilmu spiritual, supranatural

 

 

Mahar ilmu spiritual, supranatural | salam jumpa kembali bersama mataketiga.com yang kali ini akan membahas secara singkat apakah hal yang sering kita temui dalam dunia ajar mengajar dan jasa jasa supranatural amupun spiritual serta hal hal seputarnya, pertama tama ini hanya opini dari pengalaman dan apa yang saya renungkan selama ini jika mungkin ada yang ndak sama ya ndak papa kan setiap kepala beda pemikiran dan saya tidak memaksakan siapapun untuk manut kepada saya toh saya cuma nulis artikel dan kalau bermanfaat silahkan dikaji lebih lanjut dan dimatangkan sebab saya sadar masih banyak kekurangan dalam penyampaian dan pengalaman.
Oke langsung saja mase, mbake kita tentue sering melihat iklan penawaran jasa jasa supranatural maupun pengajaran pengajaran spiritual baik itu berwujud kelas, buku panduan atau benda benda magis yang bisa kita temui kapan saja dalam luasnya Indonesia dan dunia internet belakangan ini nah disitu pula muncul sebuah kalimat yang sering didengungkan bahwa “ilmu itu gratis kok dijual belikan?”.
Tentu kita serta merta kadang menyetujui kalimat tersebut sebagai pencari jasa atau pengajaran baik supranatural maupun spiritual dan beda lagi jika itu dikaji dari segi pengajar dan yang diajari sebenarnya bahwa tidak ada ilmu yang gratis karena semua ada harganya masing masing, nah artikel ini akan fokus pada harga apa yang dibayarkan ketika kita belajar sebuah keilmuan, apakah berujud uang, benda berharga atau sertifikat tanah?

sedikit bercerita pada dahulu ketika saya masih nyantrik disebuah padepokan pernah dikasih wejangan bahwa dalam ngelmu (belajar) spiritual dan supranatural itu tidaklah gratis dan menuntut bayaran yaitu tubuh dan kehidupan kita sendiri (saat itu pakai bahasa jawa -ngelmu iku tumbale yo uripmu dewe artinya belajar ilmu itu tumbalnya ya kehidupan kita sendiri) dan jelas itu lebih mahal daripada harta benda yang ada di bumi tempat kita hidup ini, nah pastinya saat itu saya jelas tidak setuju dan tidak mencapai kata sepakat meksipun saya berfikir keras apa yang dimaksud tetap saya tidak tercapai oleh daya nalar yang ada saat itu sebab saya berpatokan ilmu itu gratis dan diberikan secara cuma cuma maka tidak boleh dijual belikan atau dimaharkan dan akhirnya entah berapa tahun kemudian saya keluar dari jogja dan otomatis tidak nyantrik lagi di padepokan tersebut sebab saya hidup di tangerang dan akhirnya ke bekasi dan saat saat itulah saya mampu menalar perkataan guru saya waktu masih nyantrik setelah sekian lama setelah berkutat bekerja dilain bidang karena menolak untuk menyalurkan ilmu ilmu yang diberikan guru saya dahulu jika dengan uang jasa.
saat diperantauan dan harus menafkahi seorang istri dengan idelaisme yang saya pegang teguh bahwa ilmu itu harus diberikan gratis akhirnya runtuh dan terjawab sudah semua keangkuhan dan ketidakmau tahuan saya oleh kerasnya kehidupan dan waktu dimana harus memilih antara idelaisme dan kenyataan karena saya menganggur dan dituntut mampu menafkahi istri, akhirnya saya memutuskan untuk menyalurkan ilmu yang saya punyai sebagai jasa yaitu pijat kesehatan dan berbagai jasa yang harus saya tawarkan secara memaksakan diri dan harus berontak dan melawan diri sendiri.

Setelah saya terbiasa melakukan rutinitas jasa pijit dan menghasilkan uang maka saya mulai berfikir lebih kreatif dan keras lagi bagaimana saya bisa menjadi besar dan sukses diperantauan dan akhirnya saya mengalah dan membuka jasa pengajaran meditasi hasil pengembangan dari apa yang saya pelajari dulu dan ketika saya mulai melatih beberapa murid maka mulai terbukalah cakrawala pikiran bahwa semua ilmu yang saya pelajari dahulu memanglah tidak gratis meskipun bukan dengan uang, tapi tanggung jawab, pilihan, resiko resiko dan menyalurkanya kepada orang lain dengan penuh tanggung jawab alias dibayar dengan tubuh dan kehidupan itu sendiri dan benar benar harga yang mahal lebih mahal dari uang dan apapun.
Lebih rincinya adalah ketika kita belajar sebuah keilmuan dan tidak pas dengan diri kita atau tidak tepat dalam menerapkanya maka semua waktu yang kita berikan saat belajar, segala daya dan upaya yang kita berikan saat kita bersusah payah menggapai ilmu itu sendiri akan menjadi sia sia seta tidak mungkin waktu dan kehidupan yang dahulu bisa kita ambil lagi dengan uang berapapun sebab memang itulah harga yang harus dibayarkan yaitu waktu, hidup, jalan hidup, keyakinan, harapan dan segala daya upaya manusia itu sendiri yang tidak terbeli oleh apapun dengan harga berapapun, tidak akan pernah terulang dan terbeli.

.
Jadi setelah itu saya sadari dan semakin kesini saya semakin sadar bahwa memang tidak ada ilmu yang gratis sebab semua ada harganya namun bukan hanya dalam ukuran harta benda atau uang akan tetapi lebih mahal dari itu semua seperti yang saya tulis diatas tadi, dan kalau ditanya apakah pantas seseorang menjual belikan ilmu yang ia punyai dengan jasa jasa tertentu maka saya jawab pantas namun memang harus sesuai dengan kemampuan dan seukuran dengan jasa yang ditawarkan tentunya juga harus empan papan kata wong jowo alias tau tempat dan tau waktu sebab ada kalanya harus kita berikan gratis jika memang diharuskan dan kembali dengan biaya jasa jika memang berada pada posisi menawarkan jasa.

Bahkan seorang guru pengajar spiritual tak ternama pun harusnya kita hargai atas waktu yang mereka luangkan, ilmu yang mereka pelajari susah payah dan segala daya upayanya menyampaikan kepada orang orang karena dengan kita menghargai guru sendiri akan terjadi pula sebuah ikatan yang saling menguntungkan baik secara kehidupan nyata maupun non fisik, semoga tulisan ini bisa dipahami dengan jernih meskipun tulisan saya hanya kalimat kalimat sederhana semoga mampu menginspirasi untuk menghargai setiap ilmu yang kita terima dan yang diberikan oleh guru atau penyedia jasa pada umumnya dan tentunya dengan berbagai macam pendukungnya baik kompetensi, tanggung jawab dan dari sisi murid atau pengguna jasa itu sendiri.
namun bagi yang menawarkan jasa tak berbayar itu juga pilihan meskipun ketika kita menyadari bahwa mengajarpun ada bayaranya yaitu tanggung jawab dan seorang murid pun da bayaranya yaitu menimba ilmu harganya adalah ekhidupanya sendiri seperti yang sudah tertulis diatas tadi, namun dalam menyikapinya maupun menamainya itu adalah hak masing masing individu.

Sekian dan mohon maaf jika ada yang kurang berkenan atau kurang tepat bahasanya, bisa komentar dikolom komentar atau silahkan kirim email ke [email protected] disitu juga bisa konsultasi masalah spiritual maupun masalah supranatural secara privacy dan gratis tentunya bagi penikmat blog mataketiga.com. Mahar ilmu spiritual, supranatural