Mengenal Leak Bali, leak desti semenjak dahulu memang sudah sangat terkenal dan tidak pernah lekang oleh waktu, bahkan hingga sekarang dan tetap menjadi salah satu momok yang mengerikan bagi masyarakat pada umumnya.

Leak desti adalah tingkatan paling dasar dari ilmu leak itu sendiri, dimana tingkatan dasar ini memberikan kemampuan pada pelaku untuk merubah wujud dari manusia menjadi binatang, seringnya adalah menjadi wujud akdal besar hitam putih ataupun raksasa bertaring.

Penggambaran sangatlah mirip dengan leak yang kita kenal sampai sekarang, yaitu sosok raksasa besar, matanya merah membara serta lidah menjulur njulur, selain itu juga memiliki ekor yang panjang.

Leak kadang disamakan dengan siluman kuyang dari kalimantan, hantu pokpok ataupun mahluk mahluk lain yang berwujud kepala terbang, namun ternyata berbeda dan akan disajikan dalam artikel ini.

Leak Desti

Dalam tahapan ini pelaku berubah wujud menjadi binatang yang dinamakan bebae, penampakanya mirip dengan kambing berambut putih mulus menutup tubuhnya, namun memiliki keunikan yaitu telinganya menyentuh tanah.

Sasaran pelaku yang telah merubah wujud adalah orang yang mudah ditakut takuti, jadi ketika seseorang ditakut takuti dan pingsan atau berlari dan terjatuh maka pelaku leak akan menerkam dari belakang dan menghisap darah dari korban.

Tentunya selain itu sering pula menyerang bayi dan anak anak kecil hingga membuat mereka menangis ketakutan, teror itu akan berlangsung lama kadang sampai membuat anak atau bayi tersebut jatuh sakit, mulai yang ringan hingga bisa mendapati sakit keras.

Mengenal Leak Bali

Sejarah yang tercatat ada pada sekitar abad 16, dimana seorang Abdi kerajaan bernama I Gede Basur menulis sebuah lontar tentang ilmu pengeleakn dengan nama lontar Durga Bhairawi dan lontar Ratuning Kawisesan, secara spesifik lontar ini membahas tehnik ngereh leak.

Ngereh sendiri memiliki arti proses perubahan wujud dari manusia menjadi leak, dimengerti secara dasar leak adalah wujud siluman jahat, sedangkan desti adalah perwujudan binatang siluman yang berciri aneh dan tentunya menyeramkan.

Sedangkan penangkal leak dikenal melalui orang-orang Wiku, yaitu seseorang yang telah benar benar menguasai ilmu pengobatan khusus yang biasa disebut sebagai usada bali, secara spesifik tidak diketahui/dijelaskan nama keilmuan tersebut selain ilmu tradisional dari Bali.

Mengenal Leak Bali
leak dan ritualnya

Proses Perubahan leak

Proses ngereh atau bahasa Indonesianya adalah proses perubahan manusia menjadi leak itu sendii ada beberapa tahapan, serta dasar yang harus dipahami dan dipegang teguh oleh pelaku leak itu sendiri sebagai berikut:

Tatwa adalah sebuah keharusan yang harus dipatuhi, yaitu dimana seseorang yang menjalankan ilmu pengeleakan haruslah benar benar menyadari tentang ajaran ajaran (nya) ilmu tersebut.

Etika berarti bahwa seseorang yang sedang menjalankan ilmu pengeleakan menyadari bahwa pasti akan melaksanakan, semua hal mengenai proses proses tingkah lakunya.

Upakara yang berarti seseorang menjalankan ilmu pengeleakan tentunya sudah, mampu melaksanakan upakar upakara semisal menghaturkan sesajen (dalam bahasa bali banten) sebagai sarana yang penting.

Tahapan pengeleakan

Memasuki prosesi ngereh maka pelaku akan melakukan berbagai permohonan permohonan, membaca mantra dan ilmu khusus agar tahapan dan proses ngereh bisa berjalan dengan lanvar tanpa adanya gangguan, berikut proses dan tahapan tersebut.

Awal mula pelaku pengelakan yang menyiapkan proses ngereh akan mengeluarkan ilmu kesaktianya, ilmu yang dikeluarkan adalah pasirep dimana bertujuan agar semua mahluk hidup yang berada disekitarnya tersirep/terlelap tidur pulas.

Mencari lokasi atau tempat yang akan dijadikan sebagai prosesi ngereh tersebut, biasanya akan mengambil lokasi lokasi seperti pemakaman, perempatan jalan ataupun sawah namun tetap dalam lokasi yang strategis serta aman/sepi.

Menyiapkan sarana sarana untuk perluan upakara, mulai dari banten/sesajen dengan jenis dan isi sesajen yang tentunya juga tidak sembarangan, harus dengan kriteria dan bahan bahan yang khusus.

Melakukan permohonan permohonan agar prosesi ngereh tersbeut berjalan sesuai dengan keinginan, permohonan akan disampaikan kepada Tuhan sesuai yang diyakini oleh pelaku dalam segala manifestasinya.

Permohonan dan proses ngereh

Permohonan pertama kali ditujukan kepada Butha Peteng yaitu perwujudan unsur alam gelap, bertujuan agar membuat pagar gaib pada sekitar lokasi dan setiap orang atau apapun yang kebetulan lewat tidak bisa melihat prosesi setelahnya memasang ilmu pengreres bertujuan agar jika ada yang lewat lokasi akan menjadi takut.

Setelah itu dilanjutkan dengan memanjatkan permohonan kepada Butha Keridan yaitu perwujudan unsur alam terbalik, dimana nantinya bertjuan agar penglihatan orang akan terbalik, yang atas menjadi bawah dan bawah menjadi atas.

Lalu setelahnya mulai memanjatkan permohonan berturut turut kepada Sang Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking dan akhirnya kepada Butha Kapiragan agar segala permohonan dan keinginan terkabul.

Sedang Sang Kala Jingkrak, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha Jengking, Butha Lenga, Butha Ringkus, Butha , Butha Kapiragan diatas tadi adalah nama nama Butha Kala yang menguasai ilmu pengeleakan.

Setelah semua prosesi permohonan selsai maka dilanjutkan dengan muspa (sembahyang) namun dengan posisi badan yang terbalik, setelahnya dilanjut dengan nengkleng yaitu berdiri dengan satu kaki saja, berjalan nengkleng (satu kaki) mengitari tempat menaruh sesajen dengan arah berputar.

Minyak Kuyang ilmu kuno

Setelah melalui prosesi ngereh tersebut, maka seseorang yang mendalami ilmu pengeleakan akan bisa berubah wujud menjadi wujud wujud yang sesuai dengan tingkatan ilmunya, dimana dalam artikel ini hanya membahas leak desti yaitu leak dasar yang berubah menjadi wujud binatang yang aneh.

40 Nama Hantu Kuno Tanah Jawa

Sekian artikel ini ditulis dari beberapa sumber, jika ada kesalahan tulis ataupun penamaan harap diberi masukan dalam kolom komentar, tidak ada niat apapun selain untuk pengetahuan tentang betapa kaya ilmu dan tradisi nusantara.

Mengenal Leak bali | mata ketiga